Rabu, 30 Juni 2010

MIOMA UTERI


Mioma Uteri

  1. Sekilas tentang Mioma Uteri
                  Mioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan           jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan       istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid.
                  Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun       mempunyai sarang mioma, dan pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih     banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan sebelum menarche. Di Indonesia    mioma uteri ditemukan 2,39  - 11,7% pada semua ginekologi yang dirawat.
            Pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 Kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita umur 20 tahun, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun (± 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh lebih cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
            Perlu disadari bahwa 25 – 35% dari penderita mioma memerlukan tindakan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam (Wiknyosastro, 1997).
            Porro (1976) melakukan histerektomi pada kasus infeksi intrapartal berat tanpa mengeluarkan janin dari dalam rahim. Usaha tersebut berhasil mencegah kematian ibu sehingga pada tahun 1880 diakui oleh para sarjana secara luas. Histerektomi segera setelah Sectio Caesario (SC) dahulu semata-mata dilakukan untuk mengurangia ngka kematian ibu akibat perdarahan dan infeksi yang bersumber dari rahim.
  1. Defenisi Mioma Uteri
                        Mioma uteri adalah suatu tmor jiak lapisan miometrium yang mempunyai sifat konsistensi padat dan kenyal, berbatas tegas, dan mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multiple dengan ukuran mulai dari mikroskopik sampai lebih dari 50 KG. Menurut Barbara C. Long, 1985 Mioma Uteri adalah suatu tumor yang sebagian besar menutupi saluran genital pada wanita, terutama wanita yang mempunyai ciri-ciri tersendiri pada otot uterus dan jaringan penyambung
  1. Etiologi
            Penyebab secara pasti tidak diketahui, namun diperkirakan berasal dari “ Immature Muscle Cellnest” dalam miometrium yang berproliferasi akibat rangsangan terus menerus oleh hormon estrogen, sehingga terbentuk tumor yang terdiri dari jaringan otot, jaringan ikat fibrous dan banyak pembuluh darah.  Hal ini sulit terdeteksi pada saat ini di amna gejalanya sulit diketahui secara pasrti, biasanya cendrung didapatkan pada keadaan sebelum menopause atau di bawah 50 tahun. Mioma uteri tidak terjadoi setelah menopause, bahkan yang telah ada pun biasanya mengecil bila mendekati menopause. Bila bertambah besar pada masa menopause perlu dipertimbangkan kemungkinan terjadinya suatu keganasan/maligna.
            Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
  1. Patologi Anatomi
                  Sarang mioma di uterusberasal dari serviks ueterus 1 – 3%, sisanya dari       korpus uteri. Menurut letaknya, mioma dibagi menjadi :
    1. Mioma submukosa ; berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus, dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, yg kemudian dilahirkan melalui serviks yang disebut myomgburt.
    2. Mioma intra mural ; terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium
    3. Mioma suberosum ; tumbuh ke luar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain seperti ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wendering/parasistic fibroid.
Mioma uteri sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang su bur. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi pada sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini karena disebabkan karena berkurangnya suplai darah pada sarang mioma. Adapun perubahan sekunder yang terjadi; atropi, degenerasi, hialing, degenerasi kistik, degenerasi membatu (calcireous degeneration), degenerasi merah ( carneous degeneration), degenerasi lemak.
  1. Tanda dan Gejala
      Tidak selalu membei tanda dan gejala, dan pembesarannya tidak selalu terdeteksi oleh pasien terutama bila pasien gemuk. Tanda dari mioma tergantungdari lokasi, besar, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala mioma dapat digolongkan sebagai berikut;
a.       Perdarahan abnormal; hypermenorhoe, menorargia, metorargia
b.      Rasa nyeri, timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,      yang disertai nekrosis dan peradangan
c.       Gejala dan tanda penekanan. Ganguan tergantung dari besar dan tempat     mioma. Penekanan ini dapat menyebabkan terjadinya poliuri, retensio   urine, tenesmia, edema tungkai dan nyeri panggul.
Selain gejala tersebut ada beberapa gejala sekunder yang mungkin timbul seperti; anemia, lemah, pusing, sesak nafas, dan eritrositosis pada mioma yang besar.
  1. Komplikasi :
a.       Degenerasi ganas
      Keganasan umumnya ditemukan setelah pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan atas keganasan bila mioma cepat membesar dalam keadaan menopause
b. Torsi (putaran tangkai)
      Sarang mioma yang berangkai dapat mengalami torsi, menimbulkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis yang mengakibatkan terjandinya sindroma bdomen akut.
  1. Diagnosis
a.       Bimanual akan mengungkapkan adanya tumor padat uterus
b.      Dilatasi dan kuretase bertingkat pada penderita yang disertai dengan perdarahan untuk menyingkirkan pathologi lain pada endometrium (hiperplasia endometrium atau adenokarsinoma endometrium).
c.       Ultrasonografi
d.      Pemeriksaan pathologi anatomi bahan operasi
e.       Histeroscopy atau histerosgrafi
f.       Radiografi
g.      Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa banding
-          Kehamilan
-          Neoplasma ovarium
-          Endometriosis
-          Kanker uterus
-          Kelainan bawaan uterus
-          Tumor solid rongga pelvis non ginekologis
  1. Penatalaksanaan Medis
a . Terapi konservatif dengan pemeriksaan periodik dan pemberian GnRH agonist yang berfungsi mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis untuk mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma dengan menghasilkan degenerasi hialin di miometrium sehingga uterus menjadi kecil.
b. Pengobatan operatif ; miomektomi dan histerektomi. Pada pasien yang mengalami penanganan operasi pengobatan dibagi menjadi 3 tahapan ;
o   Pra bedah
      Bertujuan untuk mempelancar jalannya pembedahan dan      mencegah terjadinya komplikasi pemberian obat premedikasi
o   Intra bedah
      Pasien mendapatkan obat anestesi, pengelolaan cairan, monitoring   keadaan umum dan tanda-tanda vital
o   Pasca bedah
      Pengelolaan terapi antibiotik, analgetik, perangsang peristaltik         usus, anti perdarahan dan vitamin
c. Radioterapi, bertujuan agar ovarium dapat berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Umumnya hanya dikerjakan bila terdapat kontra indikasi terhadap tindakan operatif.
I.  Teori Histerektomi
  1.  Defenisi
                     Histerektomi adalah pengankatan rahim atas indikasi obstetrik baik sebagian (sub total) tanpa serviks ataupun seluruhnya (total). Histerektomi dalam kebidanan dapat dilakukan saat SC, pasca persalinan atau ruptur uteri. Histerektomi saesaria bertujuan untuk menghentikan perdarahan yang banyak akibat atonia atau kelainan anatomik yang dapat menghalangi kontraksi uterus.
2. Indikasi :
                     Histerektomi dilakukan pada :
o   Ruptura uteri
o   Perdarahan yang tidak dapat terkontrol : atonia uteri, afibrinogemia atau hpofibrinogenemia pada solotio placenta, arteri uetrinae terputus, placenta inkreta dan perkreta, hematoma yang luas pada rahim
o   Infeksi intrapartal berat
o   Uterus miomatosus yang besar
o   Kematian janin dalam rahim, missed abortion dengan kelainan darah
o   Kanker leher rahim
o   Kehamilan abdomen




  1. Asuhan Keperawatan
      a. anamnesa :
            Ditujukan untuk mengetahui riwayat menstruasi, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembedahan dan mengantisipasi masalah spesifik pada reproduksi serta keluahan pasca histerektomi, misal :
-          Keluahan nyeri pada vagina
-          Gangguan eliminasi
-          Menurunnya sensasi vagina
-          Nyeri atau kramp daerah supra pubik
Juga perlu dikaji riwayat psikososial spiritual :
-          Tingkat pengetahuan tentang alasan dan dampak operasi
-          Kecemasan, ketakutan dan khawatir terhadap tindakan pembedahan, atau masalah spesifik berhubungan dengan fungsi reproduksi dan fungsi          seksual
-          Masalah konsepdiri karena kehilangan organ tubuh
b. Pemeriksaan fisik
      dari kepala hingga ujung kaki meliputi persiapan pre operasi dan pasca operasi
c. Pemeriksaan Diagnostik
      - Papsmear (keganasan displasia sel)
      - Ultra sound arau CT scan untuk mengidentifikasi ukuran dan lokasi masa
      - Laparascopy untuk mengetahui adanya tumor, dan perubahan endometrium
      - Biopsi, Hemoglobin, Hematokrit
Prioritas Keperawatan
a.       Mencegah & membatasi komplikasi
b.      Dukungan untuk dapat beradaptasi dengan perubahan
c.       Memberikan informasi ttg prosedur, prognosis dan pengobatan serta perawatan yang akan diberikan



            Diagnosa Keperawatan:
a.       Ketidak tahuan atau kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, takut tentang beberap aspek pembedahan
      Tujuan :
      Klien mampu menunjukkan perasan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam menghadapi kondisinya (mengungkapkan pemahaman tentang pembedahan, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi wajah rileks)
b.      Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
      Tujuan
1)      Pemberian perawatan akan mengidentifikasi faktor0faktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi resiko infeksi
2)      Mempertahankan lingkungan aseptik yang aman
c.       Nyeri berhubungan dengan pembedahan
      Tujuan ;
     Klien menunjukan berkurangnya rasa tidak nyaman(fostur tubuh rileks dan              tidak mengeluh)
d.      Gangguan konsep diri (harga diri) berhubungan dengan ketidak mampuan mempunyai anak, perubahan status, pengaruh hubungan seksual
      Tujuan :
1)      Ungkapan klien tentang prosedur pembedahan
2)      Ungkapan penerimaan dan beradaptasi terhadap perubahan harga diri dan gambaran diri




By: Elin Hernawati                                                               
04.07.1671
C/KP/VI






-           

      
                    
  
                 













     


     

     
     

Tidak ada komentar: