Kamis, 17 Juni 2010

HIPEREMESIS GRAFIDARUM

Dewi Susinovriyanti
04.07.1666
C/KP/IV

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Pengertian
a. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo, 1996).
b. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi secara terus-menerus, sehingga menggangu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit (Manuaba, 1998).
c. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
d. Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232)
e. Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)
Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi dari kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga menganggu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan.
2. Etologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor prodisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
A. FAKTOR ADAPTASI DAN HORMONAL
Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis Gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida overdistensi rahim, ganda dan hamil molahidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan molahidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum
b. Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas, jelas besar kemungkinan bahwa wanita yang mendadak kehamilan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitanya dapat berkurang sampai menghilang.
c. Faktor Alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili karralis yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
3. Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, nafsu makan tdak ada, berat badan menurun dengan merasa nyeri pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, bibir mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik, berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena memounyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan di urine.
C. TINGKAT III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepalopatiwernikle, dengan gejala nestagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks timbulnya ikterus menunjukkan payah hati.
4. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual dan muntah adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologis hormon progesteron ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem syaraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada ibu hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit, penurunan berat badan, efek sistemik dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal, yang jelas wanita yang sebelum kehamilannya sudah menderita lambung spesifik (khas) dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami hiperemesis gravidarum yang berat.
Hiperemesis Gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetan-asetik, asam hidroksitirat dan aseton dalam serum. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Melalui muntah dikeluarkan sebagaian cairan lambung serta elektrolit natrium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga semakin berkuarng dalam keseimbangan tubuh semakin menambah berat terjadinya muntah. Natrium dan klorida darah turun, dengan demikianjuga klorida air kemih ( Prawiroharjo, 1996)
5. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terhadi Hiperemesis :
A. PENERANGAN BAHWA KEHAMILAN DAN PERSALINAN MERUPAKAN PROSES PSIKOLOGIS.
b. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan hangat.
c. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah, difekasi hendaknya diusahakan terakhir.
6. Penatalaksanaan
Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut :
A. ISOLASI
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang / hilang tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologik
Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir, hilangkan rasa takut olehkarena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
C. CAIRAN PARENTERAL
Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan proten dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap protein. Astion, khorida dan bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan.
d. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkomunikasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (susunan obat) yang dapat diberikan adalah :
1) SEDATIVA RINGAN
a) Phenobarhal (luminal) 30 mgr
b) Valium
2) Inti Alergi
a) Medramer
b) Dramamin
c) Avemim
3) Obat anti mual-muntah
a) Mediamer B6
b) Emetrole
c) Stimetil
d) Avopreg
4) Vitamin
a) Terutama vitamin B kompleks
b) Vitamin C
e. Menghentikan kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirrum, kebutaan, takhikardi, iklerus, anuriq, dan perdarahan merupakan monifestasi komplikasi organik dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terputik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat tetapi dalam pihak tidak boleh menunggu sampai menjadi gejala irreversibel pada organ vital (Prawirohardjo, 1992).
7. DIET KOMPLIKASI KEHAMILAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
a. Tujuan Diet
Tujuan diet hiperemesis adalah untuk:
1). MENGGANTI PERSEDIAN GLIKOGEN TUBUH UNTUK MENGONTROL ASIDOSIS.
2). Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
b. Syarat diet
Syarat-syarat diet hiperemesis adalah:
1). Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
2). Lemak rendah, yaitu <>
3). Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
4). Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
5). Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil.
6). Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
7). Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
c. Macam diet dan indikasi pemberian
Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I, II, dan III
1). Diet hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
2). DIET HIPEREMESIS II
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
3). Diet hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.
d. Bahan makanan Sehari-hari

Tidak ada komentar: