Jumat, 02 April 2010

_PNEUMONIA_



_PNEUMONIA_
Jum’at_02_april_10

Dwi Arvenila Noviani
C/KP/VI
04.07.1668

A. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis, adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernafasan.
Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.Menuut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstisialis, bronkopneumonia. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol..
Berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dibagi menjadi:
  1. Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Gejalanya biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
  1. Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).
Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
  1. Pneumonia jamur,
sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
Berdasarkan predileksi infeksi pneumonia :
· Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
· Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
B. Etiologi Pneumonia
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu
pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
Beberapa mikroorgaisme penyebab pneumonia :
Bakteri : streptococcus pneumoniae, staphylococcus aureus
Virus : Influenza,parainfluenza,adenovirus.
Jamur : Candidiasis,histoplasmosis,aspergifosis, coccidioido mycosis,
cryptococosis, pneumocytis carini.
Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh: Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus, Virus influenza, Virus parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes simpleks, Sitomegalovirus, Virus Influensa, Virus Synsitical respiratorik, Adenovirus, Rubeola, Varisella Micoplasma pada anak yang relatif besar), Pneumococcus, Streptococcus, Staphilococcus.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
· virus sinsial pernafasan
· odenovirus
· virus parainfluensa
· virus influensa
Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia:
  • Umur dibawah 2 bulan
  • Tingkat sosio ekonomi rendah
  • Gizi kurang
  • Berat badan lahir rendah
  • Tingkat pendidikan ibu rendah
  • Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
  • Kepadatan tempat tinggal
  • Imunisasi yang tidak memadai
  • Menderita penyakit kronis
C. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepal.
Tanda dan Gejala berupa: Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas lemah, retraksi intercosta, penggunaan otot bantu nafas, demam, ronchii, cyanosis, leukositosis, Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat, Lelah.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: kulit yang lembab, mual, muntah dan kekakuan sendi.
Secara umum dapat dibagi menjadi :
· Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal
· Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
· Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
· Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
· Tanda infeksi estrapulmonal.

D. Patofisiologi




Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas menyebabkan reaki jaringn berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alfeoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalh kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alfeoli dan proses fagositosis yang cepat. Dilanutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alfeoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, erta menghilangnya kuman dan debrisis.



Proses kerusakan yang terjadi dapat dibatasi dengan pemberian antibiotik sedini mungkin agar system bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan.





Namun jika penyebaran agen (bibit penyakit) masuk melalui saluran nafas terkadang dapat dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.



E. Pemeriksaan Diagnostik
· Sinar X

Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat jugamenyatakan abses luas/infiltrate, empie ma (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.

· GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
· JDL leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun.
· LED meningkat
· Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun.
· Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
· Bilirubin meningkat
· Aspirasi / biopsi jaringan paru
F. Pemeriksaan Penunjang
· Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan proknosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
· Pemeriksaan radiologist memberi gambaran bervariasi:
ü Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
ü Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
ü Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis pada pneumonia stafilokok.
· Pemeriksaan cairan pleura
· Pemeriksaan mikrobiologik, specimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru.
G. Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, dan epiglottis kadang ditemukan pada infeksi H.influenzae tipe B, abses paru, edusipleural, empisema, gagal nafas, perikarditis, atelektasis, hipotensi, delirium, asidosis metabolic, dehidrasi, penyakit multi lobular.
H. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup:
· Oksigen 1-2 L/menit.
· IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
· Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
· Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
· Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
· Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia community base :
· Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
· Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital base :
· Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
· Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

_Bilqis Masih Terkena Pneumonia_

Bilqis Anindya Pasha, bocah berusia 17 bulan yang menderita atresia bilier (kelainan saluran empedu tidak terbentuk atau berkembang sempurna), bersama ibunya, Dewi Farida.
Semarang (ANTARA News) - Bilqis Anindya Passa, balita penderita "atresia bilier" (saluran empedu tidak berkembang sempurna atau tidak terbentuk) hingga saat ini masih terkena pneumonia (radang paru-paru).
"Bilqis masih terkena pneumonia, padahal kondisi kesehatan Bilqis menjadi penentu utama pelaksanaan operasi cangkok hati," kata anggota Tim Cangkok Hati RSUP dr. Kariadi Semarang, dr. Hartantyo di Semarang,

Menurut dia, berat badan Bilqis yang sudah mencapai ideal sembilan kilogram pun tidak menjadi jaminan penentuan pelaksanaan operasi, karena yang terpenting adalah kondisi kesehatan Bilqis.
"Kami sudah melakukan seluruh tahap persiapan operasi, termasuk tes Epstein-Barr virus (EBV), namun semuanya tergantung kondisi Bilqis, seandainya sehari sebelum pelaksanaan operasi Bilqis mengalami panas, operasi bisa diundur," katanya.

Tim cangkok hati sebelumnya telah menjadwalkan operasi Bilqis dapat dilakukan sekitar pertengahan April 2010, setelah Bilqis menjalani perawatan intensif di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) akibat terkena pneumonia.


Hartantyo mengatakan, kondisi pasien "atresia bilier" dalam stadium tersebut memang mengalami keluhan-keluhan, seperti pneumonia antara 24-30 persen, namun pihaknya sudah mengantisipasi terjadinya hal tersebut.
Penggagas tim cangkok hati, Prof. dr. AG Soemantri juga membenarkan bahwa Bilqis terkena pneumonia, karena itu Bilqis dipindah ke ruang PICU agar mendapatkan perawatan secara lebih intensif.
"Pneumonia itu disebabkan infeksi dari kuman klebsiella, namun anak-anak yang dalam kondisi sehat sebenarnya juga dapat terkena kuman tersebut, terutama saat kekebalan tubuhnya menurun," katanya.
Ia mengatakan, kondisi dan daya tahan tubuh Bilqis memang lemah karena pengaruh "atresia bilier" yang juga dideritanya, sehingga mudah terinfeksi kuman, termasuk klebsiella penyebab pneumonia.

"Namun, kami sudah melakukan penanganan terhadap pneumonia itu dengan pemberian antibiotik dalam jangka waktu tertentu, pemeriksaan laboratorium, dan foto rontgen," kata Soemantri yang juga pakar darah itu.
Sementara itu, anggota lain tim cangkok hati, dr. Tatty Ermin Setiati menambahkan, kuman klebsiella tersebut dapat diatasi dengan pemberian antibiotik secara teratur, dan secara teori penyembuhannnya memakan waktu sekitar 14 hari.

Menurut dia, infeksi kuman klebsiella dapat memengaruhi fungsi paru-paru, karena kuman itu akan memengaruhi suplai oksigen yang masuk ke tubuh, sehingga nantinya dapat mengganggu fungsi organ lainnya.

"Karena itu, kami terus memfokuskan perbaikan kondisi organ paru-paru Bilqis, sebab kami harus memastikan kondisi paru-paru Bilqis benar-benar siap sebelum dilakukan operasi," kata Tatty.


Sebelumnya diwartakan, Bilqis terkena pneumonia akibat terlalu lama terbaring di ruang perawatan, namun pneumonia tersebut bukan dampak dari penyakit "atresia bilier" yang dideritanya.
beberapa faktor resiko yang memungkinkan seseorang terkena penyakit radang paru atau pneumonia :
  • Merokok.
  • Penderita dengan infeksi saluran nafas seperti influensa.
  • Penderita penyakit paru menahun seperti cystic fibrosis.
  • Penderita cerebral palsy.
  • Penderita dengan gangguan fungsi saraf yang menyebabkan kesulitan menelan seperti penyakit parkinson.
  • Penderita dengan penyakit khronis seperti diabetes, sirosis hati dan penyakit jantung.
  • Orang yang berada di asrama perawatan atau di tempat kumuh dengan kondisi yang kurang sehat.
  • Orang yang mengalami gangguan fungsi kekebalan tubuh.
  • Orang yang sedang dalam perawatan trauma/operasi sehingga pergerakannya terbatas.


PENUTUP

A. KESIMPILAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli.Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus.
Pada penderita pneumonia yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.Namun penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas harus dirawat di rumah sakit dan antibiotik diberikan melalui infus.

B. SARAN
sesungguhnya saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, bak kata pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak” saya akan sangat berlapang dada jika ada pembaca yang mau memberi kritik dan saran yang membangun, saya ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

1. C, Barbara Long. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 2.
1996. Yayasan IAPK Pajajaran : Bandung.
2. Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
3. E, Marilynn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan. EGC : Jakarta.
4. Gunawan Iriyan. 2006. “Asuhan Keperawtan” Http://asuhan-keperawatan.blogspot.com
5. Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. Media Aesculapius :
Jakarta.
6. Juall, Lynda Carpenito. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta
7. Sipahutar, M adil.2007.”Pneumonia ASKEP”Http:/keperawatan Adil.blogspot.com
8. Santoso Budi. 2005.”Panduan diagnosa Nanda 2005-2006 definisi Dan Klasifikasi” Prima medika
: Jakarta



_Terimakasih kepada ALLAH SWT, orang tua,keluarga, bapak Sugeng,teman_temen CAKEP_



Tidak ada komentar: