Jumat, 12 November 2010

inggih....menika AnTiBiOtIk


RISTIYANI
04.07.1691
C KP VII










ANTIBIOTIK
“ VANCOCIN ”

 







 








Indikasi:
- Infeksi berat yang disebabkan oleh stafilokokus yang resistan terhadap metisilin (beta laktam)
- Pasien yang alergi terhadap pinisilin
- Pasien yang tidak memberikan respon terhadap obat-obat lain termasuk pinisilin atau sefalosporin
- Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang peka terhadap vancomycin

Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas terhadap vancomycin.

Deskripsi:
Generik: Vancomycin

Dosis:
Pasien dengan fungsi ginjal normal:
Dewasa: 500 mg setiap 6 jam atau 1 gram setiap 12 jam.
Anak-anak: 10 mg/kg/6 jam.
Bayi: dosis awal: 15 mg/kg, dilanjutkan dengan 10 mg/kg/12 jam.
Pasien dengan kelainan fungsi ginjal:
Disesuaikan dengan creatinine clearance penderita.

Cara Pemberian:
Bila ingin digunakan, campurkan dengan 10 ml sterile water for infection.
Vancocin yang telah dilarutkan ini dapat disimpan di lemari es selama 14 hari tanpa kehilangan potensinya.
Larutkan dengan sedikitnya 100 ml cairan infus dan berikan selama tidak kurang dari 60 menit setiap kalinya kepada pasien.
Cairan infus yang dapat digunakan:
- 5% dextrose
- 0.9% NaCl
- Ringer laktat
- Ringer laktat dalam 5% dextrose

Efek Samping:
Nefrotoksisitas, ototoksisitas, flebitis sangat jarang terjadi.

Catatan:
Vancocin terutama diindikasikan untuk pengobatan infeksi berat di rumah sakit. Infeksi berat ini biasanya disebabkan oleh stafilokokus yang sudah resisten terhadap golongan metisilin (suatu pinisilin semisintetik) dimana untuk kuman tersebut di atas Vancocin adalah obat pilihan utama.

Jenis:
Tablet

Selasa, 02 November 2010

NDUT_DWI

DWI ARVENILA NOVIANI
C/KP/VII
04.07.1668










CEFADROXIL














A. Indikasi:
Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti:
• Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media.
• Infeksi kulit dan jaringan lunak.
• Infeksi saluran kemih dan kelamin.
• Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia.

B. Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.



C. Komposisi:
Cefadroxil 500, tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrate setara dengan cefadroxil 500 mg.

D. Cara Kerja:
Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral.
Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri. Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.



E. Dosis:
• Dewasa:
Infeksi saluran kemih: Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 – 2 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi.
Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi.
Infeksi saluran pernafasan: Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
Infeksi sedang sampai berat, 1 – 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.

• Anak-anak:
Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 – 50 mg/kg BB sehari dalam dua dosis terbagi.
Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 – 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.

F. Efek Samping:
Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala kolitis pseudomembran. Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.
Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan transaminase.




G. Interaksi Obat:
Obat-obat yang bersifat nefrotoksik dapat meningkatkan toksisitas sefalosporin terhadap ginjal. Probenesid menghambat sekresi sefalosporin sehingga memperpanjang dan meningkatkan konsentrasi obat dalam tubuh. Alkohol dapat mengakibatkan Disulfiram-like reactions, jika diberikan 48 – 72 jam setelah pemberian sefalosporin.



H. Cara Rekonstitusi Suspensi:
Tambahkan 45 ml air minum, kocok sampai suspensi homogen.
Setelah 7 hari suspensi yang sudah direkonstitusi tidak boleh digunakan lagi.

I. Cara Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar (15 - 30؛C).


Tanggung jawab perawat dalam pemberian obat :
1. Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
2. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, sebelum makan
3. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut ( mukosa lambung ) bersama-sama dengan makanan.
4. Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian obat.
5. Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotik ( tergantung peraturan ).
6. Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam ( misalnya setiap 8 jam bila di resep tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah terapeutik.

Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah (1) oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ; (2) sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ; (3) topikal ( dipakai pada kulit ) ; (4) inhalasi ( semprot aerosol ) ; (5)instilasi ( pada mata , hidung , telinga , rektum atau vagina ) ; dan empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
a. Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat – obat per oral
b. Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat . Teknik steril dibutuhkan dalam rute parenteral .
c. Berikan obat- obat pada tempat yang sesuai .
d. Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan.



Hak – Hak Klien dalam Pemberian Obat
1. Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan .
2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada pemberian insulin atau warfarin

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

Senin, 01 November 2010

D'NooN_aJAcH

Dhiana Riana Rachmawati
04.07.1667
C.Kp.VII












CLINDAMYCIN

 
• Bentuk sediaan : Kapsul

• Komposisi:
1. CLINDAMYCIN 150 mg
Tiap kapsul mengandung:
Clindamycin HCl 163 mg setara dengan
Clindamycin base 150 mg
2. CLINDAMYCIN 300 mg
Tiap kapsul mengandung:
Clindamycin HCl 326 mg setara dengan
Clindamycin base 300 mg

• Farmakologi:
Clindamycin merupakan antimikroba yang spektrumnya menyerupai linkomisin namun aktivitasnya lebih besar terhadap organisme yang sensitif. Clindamycin aktif terhadap Staphylococcus aureus, D. pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Streptococci (kecuali Streptococcus faecalis). Streptococcus viridans dan Avtinomyces israelli serta aktif terhadap Bacteroides fragilis dan kuman patogen anaerob yang peka lainnya.
Clindamycin menghambat sintesa protein dengan cara mengikat pada gugus 50 S sub unit ribosomal bakteri.
Clindamycin diabsorpsi hampir lengkap pada pemberian per oral, dan kadar puncak 2-3 mcg/ml dicapai dalam 1 jam setelah pemberian 150 mg. Adanya makanan dalam lambung tidak mempengaruhi absorpsinya. Waktu paruhnya 2,7 jam. Clindamycin didistribusi secara baik ke berbagai cairan tubuh, jaringan dan tulang, kecuali ke cairan serebrospinal dan diekskresi melalui urin dan feses.

• Indikasi:
Infeksi serius yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif terhadap Clindamycin terutama Streptokokus, Pneumokokus, Stafilokokus dan bakteri anaerob sepeti: infeksi serius saluran nafas bagian bawah, infeksi serius kulit dan jaringan lunak, osteomielitis, infeksi serius intra-abdominal.

• Dosis:
Dewasa:
Infeksi serius : 150 mg – 300 mg setiap 6 jam
Infeksi yang lebih berat : 300 mg – 450 mg setiap 6 jam
Anak-anak:
Infeksi serius : 8-16 mg/kg BB/hari, terbagi 3-4 kali sehari.
Infeksi yang lebih berat : 16-20 mg/kg BB/hari, terbagi 3-4 kali sehari.
Untuk mencegah kemungkinan timbulnya iritasi esofageal, obat harus diminum dengan segelas air penuh. Pada infeksi Streptococci β-hemolytic, pemberian harus dilanjutkan sekurang-kurangnya 10 hari.





• Peringatan dan perhatian:
1. Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui dengan pasti.
2. Perlu dilakukan pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya super infeksi dengan bakteri dan jamur.
3. Selama penggunaan jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan hematologi, fungsi hati dan ginjal.
4. Hati-hati penggunaannya pada penderita kerusakan hati atau ginjal yang berat.
5. Hentikan pemakaian antibiotika ini, jika selama pengobatan timbul mencret secara berlebihan.
6. Terapi dengan clindamycin dapat menyebabkan kolitis berat yang dapat berakibat fatal. Oleh karena itu pemberian clindamycin dibatasi untuk infeksi serius dimana tidak dapat diberikan antimikroba yang kurang toksik misalnya eritromisin.
7. Clindamycin tidak boleh digunakan untuk infeksi saluran nafas bagian atas.
8. Pemberian pada bayi dan neonatus harus disertai pengamatan fungsi sistem organ yang tepat.
9. Karena clindamycin tidak dapat mencapai cairan serebrospinal dalam jumlah yang memadai, maka clindamycin tidak dapat digunakan untuk pengobatan meningitis.
10. Secara in vitro menunjukkan adanya antagonisme antara clindamycin dan eritromisin. Karena kemungkinan itu secara klinis dapat terjadi, maka kedua obat ini tidak boleh diberikan secara bersamaan.
11. Hati-hati pemberian pada penderita dengan riwayat penyakit saluran pencernaan terutama kolitis, serta penderita atopik.
12. Prosedur pembedahan harus sudah ditentukan sehubungan dengan digunakannya antibiotika ini.
13. Hati-hati penggunaan pada penderita yang mendapat terpai obat-obat penghambat neuromuskular karena dapat meningkatkan kerja obat-obat penghambat neuromuskular.
• Efek samping:
1. Gangguan gastrointestinal : mual, muntah dan kolitis pseudomembranousa
2. Reaksi hipersensitif : pruritus, rash, urtikaria
3. Hati : jaundice, abnormalitas test fungsi hati
4. Ginjal : disfungsi ginjal (azotemia, oliguria, proteinuria)
5. Hematopoietic : neutropenia sementara (leukopenia), eosinofilia, agranulositosis, thrombositopenia
6. Muskuloskeletal : polyarthritis
• Kontraindikasi:
Reaksi hipersensitif terhadap clindamycin HCl atau linkomisin.

• Interaksi obat:
1. Antidiare, adsorbens.